Selasa, 04 Oktober 2016

PERMASALAHAN KEPADATAN & KEKUMUHAN PEMUKIMAN DI JAKARTA

PERMASALAHAN KEPADATAN & KEKUMUHAN PEMUKIMAN DI JAKARTA
Hasil gambar untuk TAMBORA PEMUKIMAN PADAT PENDUDUK

Latar Belakang :
Kota besar masih menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian masyarakat Indonesia. Perkembangan kota besar yang merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi daya tarik bagi masyarakat yang dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam kota itu sendiri maupun dari luar wilayah kota, sehingga menyebabkan pula tingginya arus urbanisasi. Masalah utama yang selalu mengiringi perkembangan perkotaan adalah kepadatan penduduk. Urbanisasi telah menyebabkan ledakan jumlah penduduk kota yang sangat pesat, yang salah satu implikasinya adalah terjadinya penggumpalan tenaga kerja di kota-kota besar di Indonesia. Banyaknya penduduk yang memilih menetap di kota besar menyebabkan semakin banyaknya tumbuh pemukiman-pemukiman baru baik itu legal maupun illegal. Di dalam pemukiman padat penduduk akan banyak dijumpai rumah-rumah yang tidak layak huni. Di kota besar seperti Jakarta dan kota-kota besar lainnya akan banyak dijumpai pemukiman-pemukiman padat yang tidak teratur. Salah satu contoh pemukiman padat penduduk yaitu Tambora, Jakarta Barat. Kawasan Tambora merupakan kawasan terpadat di Asia Tenggara, dalam satu hektar saja ada 737 jiwa yang tinggal di tempat ini (http://megapolitan.kompas.com/read/2010/03 /20/03235766/Tambora.Kawasan.Membara.Jakarta. diakses pada tanggal 15 juni 2011).
Berbagai masalah dapat timbul dari dalam pemukiman yang padat penduduk ini seperti sampah, banjir, kekurangan air bersih, dan yang paling buruk adalah kebakaran. Dari data yang diperoleh dari Dinas Damkar PB, dalam periode 1 Januari hingga 31 Mei 2011 telah terjadi 304 kali kasus kebakaran di lima wilayah DKI (http://megapolitan.kompas.com/read/2011/06/01/17410261/ Jakbar.dan.Jaksel.Paling.Rawan.Kebakaran. diakses pada tanggal 15 Juni 2011). Sebagian besar kasus kebakaran ini terjadi dipemukiman padat penduduk. Selain dampak secara fisik, pemukiman yang padat ini juga berdampak secara psikologis terhadap warga yang bertempat tinggal dilokasi tersebut. Yang paling jelas adalah tingginya tingkat agresivitas pada penduduk yang tinggal dikawasan padat penduduk, sehingga sering terjadi peristiwa tawuran antar kampung. Permasalahan pemukiman ini semakin diperparah oleh kondisi warganya yang sebagian besar tidak memiliki pekerjaan yang layak dan kemampuan ekonomi yang cukup rendah.
Semakin lama permasalahan tentang pemukiman padat penduduk ini semakin kompleks. Semakin banyaknya populasi manusia dan kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait menjadikan masalah ini semakin berlarut-larut. 

Lokasi :
Tambora, Jakarta Barat.

Sejarah :
Sejarah mencatat Tambora menjadi jantung kehidupan Jakarta saat masih bernama Batavia dengan kota tua berupa deretan bangunan zaman kolonial bekas kantor, gudang, toko, bahkan pabrik. Seiring waktu, Tambora terus berperan sebagai magnet ekonomi Jakarta yang menarik orang-orang untuk bermukim, berusaha, dan berkembang. ”Selama memberi kehidupan, saya rasa Tambora tidak akan ditinggalkan biarpun kumuh,” kata Sri Hartati (45), Ketua RT 07 Kelurahan Kalianyar yang sudah menetap 35 tahun.

Permasalahan : KEPADATAN & KEKUMUHAN DI DAERAH TAMBORA.
Kelurahan Kalianyar cuma seluas 32 hektar, tetapi dihuni hampir 30.000 jiwa sehingga menjadi kawasan terpadat di Tambora. Bahkan, Tambora yang seluas 542 hektar dan dihuni hampir 270.000 jiwa kondang berpredikat kecamatan terpadat se-Asia. Kepadatan penduduk 500 jiwa per hektar atau jauh melampaui kategori wilayah padat yang 150 jiwa per hektar. ”Yang juga bikin prihatin, Tambora dikenal kumuh karena permukiman tidak teratur, tidak layak huni, tetapi padat penduduk,” kata Kepala Seksi Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan Tambora MA Sjahrullah (52).

Sejarah mencatat Tambora menjadi jantung kehidupan Jakarta saat masih bernama Batavia dengan kota tua berupa deretan bangunan zaman kolonial bekas kantor, gudang, toko, bahkan pabrik. Seiring waktu, Tambora terus berperan sebagai magnet ekonomi Jakarta yang menarik orang-orang untuk bermukim, berusaha, dan berkembang. ”Selama memberi kehidupan, saya rasa Tambora tidak akan ditinggalkan biarpun kumuh,” kata Sri Hartati (45), Ketua RT 07 Kelurahan Kalianyar yang sudah menetap 35 tahun.

Statistik menunjukkan, 406 orang datang ke Tambora dan 117 orang pergi dari Tambora dalam kurun September-Oktober 2011. Masih dalam rentang waktu tersebut, 86 bayi lahir dan 90 orang meninggal dunia. Pertambahan penduduk menjadi mustahil untuk dihindari, apalagi dibendung.

Solusi :
Menurut saya seharus nya pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang merata di seluruh wilayah indonesia agar tidak terjadinya urbanisasi, karena masalah utama dari kepadatan penduduk ialah karna kurangnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga kebanyakan dari mereka melakukan urbanisasi agar mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kesimpulan :
Dari pembahasan tentang pemukiman padat penduduk ini, dapat disimpulkan bahwa pemukiman padat memiliki potensi efek negatif yang cukup besar terhadap warga yang tinggal didalamnya. Efek yang ditimbulkan dapat secara fisik maupun psikologis. Tetapi timbulnya efek negative ini juga dipengaruhi oleh karakteristik individu, situasi dan pengaruh social.









DAFTAR PUSTAKA :