PERMASALAHAN
KEPADATAN & KEKUMUHAN PEMUKIMAN DI JAKARTA
Latar Belakang :
Kota
besar masih menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Perkembangan kota besar yang merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi
daya tarik bagi masyarakat yang dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus
tenaga kerja baik dari dalam kota itu sendiri maupun dari luar wilayah kota,
sehingga menyebabkan pula tingginya arus urbanisasi. Masalah utama yang selalu
mengiringi perkembangan perkotaan adalah kepadatan penduduk. Urbanisasi telah
menyebabkan ledakan jumlah penduduk kota yang sangat pesat, yang salah satu
implikasinya adalah terjadinya penggumpalan tenaga kerja di kota-kota besar di
Indonesia. Banyaknya penduduk yang memilih menetap di kota besar menyebabkan
semakin banyaknya tumbuh pemukiman-pemukiman baru baik itu legal maupun
illegal. Di dalam pemukiman padat penduduk akan banyak dijumpai rumah-rumah
yang tidak layak huni. Di kota besar seperti Jakarta dan kota-kota besar
lainnya akan banyak dijumpai pemukiman-pemukiman padat yang tidak teratur.
Salah satu contoh pemukiman padat penduduk yaitu Tambora, Jakarta Barat.
Kawasan Tambora merupakan kawasan terpadat di Asia Tenggara, dalam satu hektar
saja ada 737 jiwa yang tinggal di tempat ini (http://megapolitan.kompas.com/read/2010/03
/20/03235766/Tambora.Kawasan.Membara.Jakarta. diakses pada tanggal 15 juni 2011).
Berbagai
masalah dapat timbul dari dalam pemukiman yang padat penduduk ini seperti
sampah, banjir, kekurangan air bersih, dan yang paling buruk adalah kebakaran.
Dari data yang diperoleh dari Dinas Damkar PB, dalam periode 1 Januari hingga
31 Mei 2011 telah terjadi 304 kali kasus kebakaran di lima wilayah DKI (http://megapolitan.kompas.com/read/2011/06/01/17410261/
Jakbar.dan.Jaksel.Paling.Rawan.Kebakaran. diakses pada tanggal 15 Juni 2011).
Sebagian besar kasus kebakaran ini terjadi dipemukiman padat penduduk. Selain
dampak secara fisik, pemukiman yang padat ini juga berdampak secara psikologis
terhadap warga yang bertempat tinggal dilokasi tersebut. Yang paling jelas
adalah tingginya tingkat agresivitas pada penduduk yang tinggal dikawasan padat
penduduk, sehingga sering terjadi peristiwa tawuran antar kampung. Permasalahan
pemukiman ini semakin diperparah oleh kondisi warganya yang sebagian besar
tidak memiliki pekerjaan yang layak dan kemampuan ekonomi yang cukup rendah.
Semakin
lama permasalahan tentang pemukiman padat penduduk ini semakin kompleks.
Semakin banyaknya populasi manusia dan kurangnya perhatian dari pihak-pihak
terkait menjadikan masalah ini semakin berlarut-larut.
Lokasi :
Tambora,
Jakarta Barat.
Sejarah :
Sejarah mencatat Tambora
menjadi jantung kehidupan Jakarta saat masih bernama Batavia dengan kota tua
berupa deretan bangunan zaman kolonial bekas kantor, gudang, toko, bahkan
pabrik. Seiring waktu, Tambora terus berperan sebagai magnet ekonomi Jakarta yang
menarik orang-orang untuk bermukim, berusaha, dan berkembang. ”Selama memberi
kehidupan, saya rasa Tambora tidak akan ditinggalkan biarpun kumuh,” kata Sri
Hartati (45), Ketua RT 07 Kelurahan Kalianyar yang sudah menetap 35 tahun.
Permasalahan : KEPADATAN & KEKUMUHAN DI DAERAH TAMBORA.
Kelurahan Kalianyar cuma seluas
32 hektar, tetapi dihuni hampir 30.000 jiwa sehingga menjadi kawasan terpadat
di Tambora. Bahkan, Tambora yang seluas 542 hektar dan dihuni hampir 270.000
jiwa kondang berpredikat kecamatan terpadat se-Asia. Kepadatan penduduk 500
jiwa per hektar atau jauh melampaui kategori wilayah padat yang 150 jiwa per
hektar. ”Yang juga bikin prihatin, Tambora dikenal kumuh karena permukiman
tidak teratur, tidak layak huni, tetapi padat penduduk,” kata Kepala Seksi Kependudukan
dan Catatan Sipil Kecamatan Tambora MA Sjahrullah (52).
Sejarah mencatat Tambora
menjadi jantung kehidupan Jakarta saat masih bernama Batavia dengan kota tua
berupa deretan bangunan zaman kolonial bekas kantor, gudang, toko, bahkan
pabrik. Seiring waktu, Tambora terus berperan sebagai magnet ekonomi Jakarta
yang menarik orang-orang untuk bermukim, berusaha, dan berkembang. ”Selama
memberi kehidupan, saya rasa Tambora tidak akan ditinggalkan biarpun kumuh,”
kata Sri Hartati (45), Ketua RT 07 Kelurahan Kalianyar yang sudah menetap 35
tahun.
Statistik menunjukkan, 406
orang datang ke Tambora dan 117 orang pergi dari Tambora dalam kurun
September-Oktober 2011. Masih dalam rentang waktu tersebut, 86 bayi lahir dan
90 orang meninggal dunia. Pertambahan penduduk menjadi mustahil untuk
dihindari, apalagi dibendung.
Solusi :
Menurut
saya seharus nya pemerintah menyediakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang merata di seluruh wilayah indonesia
agar tidak terjadinya urbanisasi, karena masalah utama dari kepadatan penduduk
ialah karna kurangnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga kebanyakan
dari mereka melakukan urbanisasi agar mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kesimpulan :
Dari
pembahasan tentang pemukiman padat penduduk ini, dapat disimpulkan bahwa
pemukiman padat memiliki potensi efek negatif yang cukup besar terhadap warga
yang tinggal didalamnya. Efek yang ditimbulkan dapat secara fisik maupun
psikologis. Tetapi timbulnya efek negative ini juga dipengaruhi oleh
karakteristik individu, situasi dan pengaruh social.
DAFTAR PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar